22.39
0
Narasumber:

Blasius Sudarsono, MLS

Afia Rosdiana, M. Pd

Ratih Rahmawati 

      Pada hari senin pagi kemarin (11/03/2013) dengan keadaan hujan deras pukul 08.00 saya mengikuti kegiatan bedah buku, acara bertempat di ruang Teatrikal Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang dimoderatori oleh Bapak Anis Masruri dosen saya tercinta serta ketiga narasumber yang saya kagumi yaitu Bapak Blasius Sudarsono, MLS ; Ibu Afia Rosdiana, M. Pd ; dan Mbak Ratih Rahmawati seorang mahasiswi hebat yang mengagumi dunia perpustakaan. Bedah buku ini membuka kembali wawasan perpustakaan saya. Review dari bedah buku Perpustakaan Untuk Rakyat yang saya tangkap sebagai berikut.
    Dari Ibu Afia menyampaikan bahwa kebanyakan orang di Indonesia menganggap bahwa pustakawan di pandang sesuai SK Menpan. Dia menjelaskan hal itu bukan jamannya lagi seharusnya pustakawan bukan hanya dilihat dari SK Menpan tetapi dari kepribadian dan pendidikan yang ditempuh. Ibu Afia merupakan pegawai perpustakaan kota Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut saya beliau sangat mengetahui kegiatan perpustakaan seperti halnya dalam penjelasan beliau mengenai perbedaan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) dan Perpustakaan Masyarakat. Beliau memberikan ulasan - ulasan yang perlu digaris bawahi oleh saya mahasiswa perpustakaan bahwa TBM dan Perpustakaan Masyarakat adalah 2 kata yang berbeda tetapi istilahnya sama. TBM adalah Taman Bacaan Masyarakat yang ada di suatu RT, RW, dan lebih khususnya di suatu masyarakat. Sedangkan Perpustakaan Masyarakat merupakan Perpustakaan yang ada di suatu masyarakat yang dijalankan oleh ahli perpustakaan di tempat tersebut. Istilahnya sama tetapi menurut saya sendiri berbeda dalam kata perpustakaan dan taman bacaan. Selain hal tersebut beliau juga pernah menyampaikan beberapa hal yang saya tangkap serta bersangkutan mengenai TBM dalam kegiatan sosialisasi TBM di Teatrikal Perpus pada acaranya organisasi LIBERTY. Bahwa kunci sukses mengelola perpustakaan ada 5K antara lain Konsep, Kompetensi, Koneksi, Kredibilitas, dan Kepedulian. Dari 5K tersebut adalah motivasi semangat yang harus dikembangkan. Awal berdirinya TBM yaitu pada tahun 2007 yang berbasis wilayah. Pendirian TBM atas inisiatif walikota yaitu Bapak Heri, diberikan dana awal 3 hingga 6 juta. Namun TBM idak berjalan dengan baik karena beberapa hal antara lain paksaan, tidak ada inisiatif membaca dari masyarakat, dan kesibukan masing - masing. Pendirian TBM berlatar belakang yang berbeda - beda seperti keinginan pribadi dari masyarakat, yayasan, RT, RW, PKBM, PKK pendirian ini diawalai oleh masyarakat yang ingin berkembang dalam bidang pendidikan.
    Berikutnya dari Bapak Blasius Sudarsono, MLS merupakan narasumber yang saya tunggu diacara ini, beliau menyampaikan beberapa hal mengenai bukunya sebagai berikut. Pada perpustakaan untuk rakyat memiliki beberapa poin yang pertama seorang pustakawan dalam mengabdi perpustakaan memiliki misi dan visi yang tidak lepas dalam tujuan suatu negara antara lain kesejahteraan umum kecerdasan hidup bangsa menjadi tugas mulia dari pustakawan. Hal tersebut sudah jelas juga disampaikan dalam preambul atau pembukaan UUD yang melahirkan 4 pilar kepustakawanan yang beliau sebut dengan kemauan yaitu panggilan hidup, spirit of life, karya pelayanan, dan dilaksanakan secara proffesional. Pada poin terakhir adalah dilaksanakan secara proffesional seharusnya ekuivalen dengan financial yang diterima. Dari ke4 pilar tersebut melahirkan 5 sila kepustakawanan yang beliau sebut sebagai kemempuan yaitu diajak kritis, membaca, menulis, enterpreneur dan etika. Penjelasan dari poin pertama diajak kritis bahwa seorang pustakawan mempunyai pola pikir yang baik karena menjual informasi dengan kritis dan jelas. Membaca merupakan kegiatan wajib dalam suatu kehidupan karena setiap menit kehidupan kita membutuhkan informasi yang dimulai dari membaca namun seorang pustakawan dituntut bukan hanya membaca teks(buku) atau hard copy saja namun harus bisa mengakses yang namanya bacaan - bacaan dunia dalam bentuk softcopy. Dalam menulis, mengapa kita harus menulis sebab menulis merupakan metode pengembangan pola pikir kita selain hal itu kita juga bisa berbagi informasi yang ada. Enterpreneur, kegiatan ini kalau menurut saya serta kesimpulan dari pendengaran dari beliau kemarin, kita lebih terarah pada promosi perpustakaan. Yang terakhir adalah etika, hampir semua profesi memiliki etika masing - masing yang harus dijalankan. Pilar dan sila tersebut memberikan kesimpulan yang ditarik menjadi teori dan sistem antara lain sebagai pendekatan sistem, fungsi ruang dan waktu, serta pemahaman dunia pustaka. Ketiga narasumber tersebut sangat menginspiratif hingga mewarnai pola pikir saya dalam dunia perpustakaan.

Sekian dan Terimakasih 
Semoga Bermanfaat.


0 komentar:

Posting Komentar